Gunung Kukus, Lombok Timur. Di Lombok, tradisi menyambut kedatangan bulan Ramadhan juga eksis. Salah satunya, dilakukan di salah satu area berkemah yang sekaligus berada di lahan konservasi, yakni di Gunung Kukus Lombok. Spot ini berada di Desa Jurit Baru, salah satu dari banyak desa pemekaran, masuk wilayah kecamatan Pringgasela, kabupaten Lombok Timur. Acara berkemah semalam, bertemakan ‘Eksplor Jurit Baru II’, berlangsung Sabtu dan Minggu, 26 sampai 27 Maret 2022 lalu.
Beberapa acara inti yang berlangsung sepanjang Sabtu sore, lalu berlanjut di Minggu pagi sampai siang, diantaranya: Pengukuhan Pengurus Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Lembah Selatan, Penandatanganan PKS antara Pokdarwis Lembah Selatan dan Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) Gunung Kukus serta eksplor air terjun dan permainan-permainan tradisional.
BACA ULANG: Pelatihan Pariwisata oleh Dispar Lombok Timur
Gunung Kukus Siap Berkembang dengan Kerjasama Baru
Pada rangkaian sambutan dari undangan yang hadir, dimulai oleh Kabid (Kepala Bidang) Destinasi Dispar (Dinas Pariwisata) kabupaten Lotim (Lombok Timur), Samsul Hakim, S.Sos. Ia menyatakan, sudah saatnya Bumdes dan Pokdarwis Gunung Kukus bersinergi untuk optimasi pengembangan potensi yang ada di lokasi ini.
Pernyataan yang senada dari Yogi Islandta, perwakilan BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah) Lotim, “Sinergi bersama ini penting. Jadi banyak pihak bisa bergerak bersama, mempromosikan setiap destinasi wisata yang berada di Lotim. Langkah bersama tentu lebih baik dibandingkan bergerak sendiri sendiri.”
Adhi Yulianto, S.Sos., M.Sc., dosen Poltekpar (Politeknik Pariwisata) Lombok juga menegaskan, “Bumdes dan Pokdarwis sangat bisa bekerja bersama. Legalitas formal yang dimiliki Bumdes, bisa membantu berbagai program pendanaan pariwisata dan pelaksanaan di lapangannya dilakukan oleh Pokdarwis. Jika ini berjalan baik, manfaat positifnya bisa menaikkan taraf hidup masyarakat Gunung Kukus sendiri. Salah satu tujuan positif dari eksisnya satu destinasi wisata.”
Gunung Kukus Lombok, Destinasi Wisata Luar Ruang Yang Alami
Iyap. Kamu yang menyukai kegiatan luar ruangan, Gunung Kukus menjawab kangenmu. Bahkan, meski akses menuju spot cukup menantang, banyak pula pengunjung lokal yang membawa anak-anak juga balita, turut mendapatkan pengalaman berkemah semalam. Jalan tanah berbatu, jalan tanah yang diapit ilalang, wangi tanah berlumpur saat hujan, kondisi yang seringkali membuat kangen para petualang atau penikmat wisata serba alami.
Tentu pula oksigen murni, dari pohon-pohon mahoni tinggi serta rimbun, yang menurut Faisal, seorang PEH (Pengendali Eksosistem Hutan) yang bertugas di kawasan konservasi Gunung Kukus, telah berusia sekitar 40 tahun. “Pohon-pohon mahoni ini adalah bagian dari program reboisasi hutan di tahun 80-an. Satu sisi unik, karena kerap area berkemah selalu identik dengan pohon-pohon pinus.”
Terkait kondisi jalan yang kurang nyaman bagi wisatawan kebanyakan, Kabid Dispar Lotim berpendapat bahwa kondisi ini tergantung segmentasi pasar wisata yang diharapkan. “Jika ingin menargetkan wisatawan yang menginginkan ke-serba-nyamanan, saya rasa spot ini hanya akan didatangi sesaat saja. Tapi, jika tetap dengan kondisi serba alami seperti saat ini, wisatawan bisa eksplor Gunung Kukus lebih lama. Bisa berkemah, lalu ditambah pula dengan eksplor spot air terjun. Waktu tinggal lebih lama, manfaat ekonomis bagi masyarakat di sini juga bisa lebih besar.”
Pernyataan senada ditegaskan Adhi Yulianto, “Saya setuju. Wisata berkelanjutan di Gunung Kukus, jauh lebih memungkinkan jika mempertahankan kondisi-kondisi alami. Tinggal melengkapi sarana prasarana yang lebih sesuai dengan konsep spot outdoor activities-nya. ATV, mountain bike, misalnya.”
BACA ULANG: Pelatihan Diving bagi SDM Pariwisata Lombok Timur
Jamal, Ketua Asosiasi Pemandu Gunung, menyebutkan ‘cooking class’ termasuk paket wisata yang laku dijual di Gunung Kukus. “Kami pernah menjual paket cooking class hanya dengan dua menu di harga jutaan rupiah per orang atau pax. Tapi tentu saja bahan utama menu makanannya ya endemik di sini. Pakis, misalnya.”
Nah, menu pakis pula yang disiapkan di makan malam peserta Konservasi Camp. Minumnya? Air nira manis yang segar dan tanpa gula tambahan. Nira manis ini ternyata dijual pula di salah satu toko kelontong, di pintu masuk menuju Gunung Kukus. Heni, seorang mahasiswa S2 di Universitas Hamzanwadi Lotim, mengingatkan “Kakak ambil air nira yang agak jernih saja. Biasanya air nira ini baru turun pagi ini.”
Jadi, kamu yang suka spot dengan akses pemacu adrenalin, penyuka oksigen murni dengan air dan udara nan sejuk, berkemah bareng yang tersayang atau keluarga besar, ya paling bener ke Gunung Kukus saja. Peta lokasi dan akun sosmednya di IG sudah ada. Intip saja Konservasi Camp Gunung Kukus dan Pokdarwis Lembah Selatan ya ^^
Penulis dan Peliput: Muslifa Aseani (Humas GenPI Lombok Sumbawa)